Analisa Erosi Dan Fungsi Kawasan Berdasarkan ARLKT (Arahan Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah) Pada Sub DAS Roban Bangun Kabupaten Mojokerto

Azizah Rachmawati

Abstract


Timbulnya lahan kritis adalah salah satu indikasi dari pemanfaatan lahan yang kurang optimal, keserasian antara pemanfaatan dan usaha konservasi masih belum seimbang. Permasalahan ini akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi di sekitar Daerah Aliran Sungai. Pada saat ini hampir semua sungai besar di Indonesia telah digolongkan sebagai DAS kritis. Sedangkan ditinjau dari laju erosi dapat dikemukakan bahwa laju erosi di beberapa sungai di Indonesia sangat tinggi. Bulan Februari tahun 2004 telah terjadi banjir bercampur lumpur di Kabupaten Mojokerto dan mengakibatkan kerusakan parah pada prasarana jalan, jembatan, bangunan pengairan dan daerah pemukiman. Kerusakan tersebut terjadi terutama pada lokasi dengan keadaan geologi, morfologi, hidrologi, dan klimatologi yang kurang menguntungkan. Hal ini juga diakibatkan menurunnya kemantapan suatu lereng akibat degradasi tanah atau batuan bersamaan dengan waktu dan usianya. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data curah hujan dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS),  tata guna lahan, Peta topografi, peta jenis tanah, data jenis tanaman dari Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa 1.Sub DAS Roban Bangun yang luasnya 7928,79 ha ini merupakan daerah hulu dimana setelah perhitungan didapatkan hasil debit total sebesar 107,24 m3/dt yang merupakan total debit dari 63 Sub-sub DAS. Erosivitas limpasan permukaan yang totalnya mencapai 50.696,49 m2/jam dan mengakibatkan nilai total laju erosi sebesar 137.354,71 ton/ha/thn. Laju erosi tersebut dikatakan sangat berat, karena dapat mengakibatkan hilangnya kedalaman tanah efektif dan membuat DAS menjadi sangat kritis. 2. Kondisi topografi Sub DAS Roban Bangun yang kemiringan lerengnya sebagian besar curam dan sangat curam (40% keatas), kedalaman solum yang sebagian besar Dalam (90 cm keatas) dan memiliki laju erosi yang besar mengakibatkan tingkat bahaya erosi yang terjadi pada Sub DAS Roban Bangun sebagian besar sangat berat yaitu 54,7% dari luas wilayah, sedangkan tingkat bahaya erosi yang lain yaitu berat:24,4%, Sedang:10,3%, Ringan:3,6%, dan Sangat Ringan:7,1%. 3.           Kelas kemampuan lahan di Sub DAS Roban Bangun di klasifikasikan menjadi 8 (delapan) kelas, yaitu kelas I (4,80 %), kelas II (0,5 %), kelas III (9,10 %), kelas IV (2,88 %), kelas V (0,19 %), kelas VI (5,27 %), kelas VII (36,77 %) dan  kelas VIII (40,48%). Adapun untuk tiap-tiap kelasnya disarankan untuk melakukan usaha konservasi sesuai dengan sifat-sifat tanahnya. Teknik konservasi diutamakan adalah dibiarkan alami sebagai hutan lindung atau cagar alam.

 

Kata Kunci : Erosi , ARLKT, DAS Roban Bangun

Full Text:

PDF

References


Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Utomo, Hadi, Wani 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang.

Soemarto, C. D. 1987. Hidrologi Teknik. Jakarta. Erlangga

Subarkah Imam. 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma.

Sosrodarsono Suyono, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Soewarno. 1995. Hidrologi: Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data Jilid I. Bandung: Nova.

Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Suripin, 2004. Sistem Drainase Kota yang Berkelanjutan. Yogyakarta : ANDI


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Jurnal Rekayasa Sipil Terindeks oleh:
 
      
 
 
 Jurnal Rekayasa Sipil is licensed under a CC BY-NC-SA