HUBUNGAN MUSIM DAN PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERAH PFH TERHADAP KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN DI CV. MILKINDO BERKA ABADI MALANG
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara unsur-unsur iklim di musim hujan dan kemarau dengan performan reproduksi serta membandingkan keberhasilan inseminasi buatan pada ternak sapi perah berdasarkan nilai performan di musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini memakai metode studi kasus, yaitu pengambilan data sesuai persyaratan yang ditentukan
(purposive sampling) dari data sekunder recording IB sapi perah PFH yang sudah laktasi dengan BCS 3 (sedang) tahun 2016 - 2017, dan jumlah akseptor sapi perah di CV. Milkindo Berka Abadi, yang memenuhi syarat untuk dianalisis performan reproduksinya berdasarkan pengelompokan bulan musim hujan dan bulan musim kemarau. Sebagai contoh, nilai S/C pada musim hujan
dihitung dari sapi-sapi yang di IB dan bunting yang masuk pada bulan musim hujan, demikian sebaliknya pada musim kemarau. Jumlah data akseptor sapi perah yang dianalisis performan reproduksinya di musim hujan yaitu: S/C 72 ekor, DO 41 ekor, SD 81 ekor dan di musim kemarau yaitu: S/C 58 ekor, DO 35 ekor, SD 59 ekor. Data iklim berupa intensitas radiasi matahari, lama penyinaran, curah hujan, suhu dan kelembaban udara, data reproduksi, yaitu: Service per Conception (S/C), Days Open (DO), Service Days (SD), data dianalisis secara deskriptif dilanjutkan dengan Uji F, Uji-t tidak berpasangan, regresi dan korelasi dengan software microsoft Excel 2010. Hasil analisis Uji-t tidak berpasangan menunjukkan unsur-unsur iklim, yaitu: lama penyinaran, curah hujan, suhu dan kelembaban udara berbeda sangat nyata (P<0,01) pada musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau kecuali unsur iklim intensitas radiasi matahari tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan lama penyinaran di musim hujan 45 ± 8,13% dan di musim kemarau 61,33 ± 7,79%, rataan curah hujan di musim hujan 314,6 ± 105,9 mm dan di musim
kemarau 57,44 ± 34,67 mm, rataan suhu udara rata-rata di musim hujan 26,28 ± 0,48°C dan di musim kemarau 25,52 ± 0,71°C, rataan kelembaban udara di musim hujan 84,13±1.64% dan di musim kemarau 80,22 ± 1,92%, rataan intensitas radiasi matahari di musim hujan 350,33 ± 37,19 grcal/cm²/hr dan di musim kemarau 367,22 ± 46,31 grcal/cm²/hr. Hasil analisis Uji-t tidak berpasangan menunjukkan performan reproduksi S/C, DO dan SD berbeda sangat nyata (P<0,01) pada musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau. Rataan S/C di musim hujan 3,43 ± 1,59 kali dan di musim kemarau 2,62 ± 1,65 kali. Rataan DO di musim hujan 97,54 ± 42,56 hari dan
musim kemarau 62,34 ± 24,59 hari. Rataan SD di musim hujan 73,33 ± 4,95 hari dan di musim kemarau 55,63 ± 29,41 hari. Hasil analisis regresi antara unsur-unsur iklim di musim hujan dan kemarau tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap performan reproduksi seperti S/C, DO dan SD kecuali pada hubungan intensitas radiasi matahari dan DO di musim hujan berbeda sangat nyata
(P<0,01) dengan persamaan regresi Y = -0,8226X + 420,98; nilai r -0,87 dan R² 0,75. Unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu udara rata-rata dan kelembaban udara sangat nyata lebih tinggi di musim hujan daripada musim kemarau, sebaliknya pada musim kemarau lama penyinaran matahari sangat nyata lebih tinggi dibandingkan di musim hujan, sedangkan intensitas radiasi
matahari tidak nyata di musim kemarau dan hujan. Performan reproduksi di musim kemarau sangat nyata lebih baik dibandingkan performan reproduksi di musim hujan. Tidak ada hubungan antara unsur-unsur iklim dan performan reproduksi di musim hujan dan kemarau, kecuali pada musim hujan terdapat hubungan antara intensitas radiasi matahari dan DO. Untuk meningkatkan
performan reproduksi pada musim hujan, disarankan perlu pemberian dan pengaturan lama penyinaran buatan seperti lampu. Perlu penelitian lebih lanjut tentang penelitan berbagai intensitas cahaya dan lama penyinaran lampu buatan terhadap performan reproduksi sapi perah di musim hujan.
Kata kunci: DO, S/C, SD, sapi, AI
Full Text:
PDFReferences
Berman, A. 2005. Estimates of heat stress
relief needs for Holstein
dairycows. J. Anim. Sci.
Brito, L. F. C, Barth A. D, Rawlings N. C,
Wilde R. E, Crews D. H,
Boisclair Y. R, Kastelic J. P.
Effect offeed restriction
during calf-hoodon serum
concentrations of metabolic
hormones, gonadotropins,
testosterone, and onsexual
development bulls. Reproduction.
Dahl, G. E., Buchanan, B. A. & Tucker, H.
A. 2000. Photoperiodic effects on
dairy cattle: A review. J. Dairy
Sci.
Esmay, M. L. 1982. Principle of Animal
Environment. Avi Publishing
Company. Inc. Wesport,
Conecticut
Giarno, Dupe, Z. L dan Mustofa, M. A.
, Kajian Awal Musim Hujan
dan Awal Musim Kemarau di
Indonesia, Fakultas Ilmu
Teknologi Kebumian (FITB) ITB,
Jl. Ganesha No.10, Bandung
Hadisutanto, B. 2008. Studi tentang
beberapa performan reproduksi
pada berbagai paritas Induk
dalam formulasi days open sapi
perah Fries Holland. Disertasi.
Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction in Farm
Animals. Maryland: Lippicott
William and Wilkins.
Reproductive failure
Iman dan Fahriyan. 2002. Siklus Estrus Of
Cow. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi IPB. Bogor.
Iswoyo dan Widiyaningrum, P. 2008.
Performans Reproduksi Sapi
Peranakan Simmental Hasil
Inseminasi Buatan di Kabupaten
Sukoharjo Jawa Tengah. Jurnal
Ilmiah Ilmu- Ilmu Peternakan.
Jainudeen, M.R. dan Hafez, E.S.E. 2008.
Cattle And Buffalo dalam
Reproduction In Farm Animals
th Edition. Edited by Hafez E. S.
E. Lippincott Williams &
Wilkins. Maryland. USA.
La Wangi, W. Busono, dan M. Nasich.
The Effect of Different
Season andLand Types Towards
The Performance of Bali Cattle
Production in Southeast Sulawesi.
Jurnal of Life Science.
Siregar, S. B. 1996. Ransum Ternak
Ruminansia. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Small, J. A., Glover N. D, Kennedy A. D,
McCaughey W. P, Ward D.R.
Photoperiod effects on the
development of beef heifers. Can.
J. Anim,
Stevenson, J. S. 2001. Reproductive
Management of Dairy Cows
inhigh Milk-Producing Herds.
Journal Dairy Science.
Tolihere, M. R. 1993. Fisiologi Reproduksi
pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Refbacks
- There are currently no refbacks.