Eksplorasi Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Pengonsumsi Sumber Pangan Protein Hewani Provinsi Nusa Tenggara Timur

Abstract

Membentuk generasi yang unggul perlu ditunjang dengan kecukupan gizi. Kekurangan protein secara berkelanjutan dapat menyebabkan tidak maksimalnya tumbuh kembang manusia. Salah satu keseriusan pemerintah terhadap masalah stunting dengan menetapkan sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Juga meningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care). 2023 Jumlah balita stunting dengan tubuh sangat pendek berjumlah 19.699, pendek 57.639, normal 357. 762 dan tubuh tinggi 1.029. penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi sosial ekonomi dalam menjangkau sumber pangan protein hewani. Data yang digunakan merupakan data sekunder, data yang diperoleh dari publikasi BPS tahun 2022 berupa data dan pengeluaran pangan rumah tangga. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, kemudian dalam penyimpulan hasilnya dideskripsikan secara kualitatif dalam bentuk kalimat (Paena, 2020). Berdasarkan dari pembahasan komoditas terpilih merupakan komoditas dengan harga yang tergolong tinggi. Jika ditinjau dari tabel 2 masyarakat yang mengonsumsi sumber pangan protein hewani daging sapi, daging ayam ras, daging ayam kampung dan telur ayam dalam jumlah kecil dengan total rata-rata konsumsi protein hanya 3,13 gram. Hal ini di indikasikan bahwa masyarakat mengonsumsi pangan protein hewani dari komoditas selain komoditas terpilih. Meskipun provinsi Nusa Tenggara Timur pengahasil daging sapi yang besar namun masyarakat masih sedikit mengonsumsi daging sapi.

Kata Kunci : Pangan Protein, NTT, BPS, Data Sekunder